Tuesday 20 October 2020

Google Classroom vs Moodle

Pada kegiatan pembelajaran masa daring tentu saja seorang guru harus memikirkan bagaimana caranya mengelola sebuah kelas virtual. Tentu saja bukanlah hal yang mudah untuk memilah milih mana yang sesuai dan mudah diakses oleh saya sebagai guru dan juga dapat digunakan siswa. Dari sekian banyaknya layanan aplikasi yang tersedia, ada dua aplikasi menarik yang saya gunakan selama kegiatan Pembelajaran Daring pada tahun ajaran 2020/2021 ini.

1. Google Classroom

Layanan aplikasi kelas virtual yang pertama adalah Google Classroom. Siapa yang tidak mengenal Google Classroom? Hampir sebagian besar sekolah menengah menggunakannya untuk mengelola kelas virtual, membagikan materi pembelajaran, serta penugasan. Aplikasi kelas online besutan Google ini sangat mudah digunakan oleh semua tenaga pengajar. Fiturnya pun cukup sederhana. Ada beberapa fitur yang biasa saya gunakan, yaitu pemberian info dan pengumuman melalui forum berupa postingan pesan, menambahkan topik pembahasan dan membagikan rangkuman materi pembelajaran berupa file atau link dari situs tertentu, membagikan absensi yang bisa diisi terus menerus oleh siswa, dan juga pemberian tugas berupa latihan soal melalui Google Form. Tentu saja bagi yang masih pemula sekalipun bisa menggunakannya, mulai dari membuat kelas dan mengundang siswa untuk masuk ke kelas yang sudah dibuat serta melakukan interaksi dengan siswa. Sebagai guru, kita tidak perlu repot membuat akun karena hampir setiap siswa pasti memiliki akun Google dan dengan mudah dapat mengakses layanan Google Classroom, baik itu menggunakan browser atau mengunduh aplikasinya di gadget masing-masing.

Tapi layanan Google Classroom tidaklah sesempurna itu untuk orang seperti saya (halah...). Layanan dari Google ini bukannya tidak ada kekurangan. Beberapa keterbatasannya yaitu:

  • Pembuatan soal melalui Google Form yang kurang atraktif dan harus install plugin tertentu.
  • Pembuatan soal melalui Google Form harus selalu online. (Bisa offline hanya bagi mereka yang paham dan sekali lagi harus install plugin tertentu)
  • Banyaknya siswa yang tidak terlalu paham bagaimana cara menyerahkan tugas di Google Classroom sehingga tidak terekam di buku nilai (apalagi kalau tugasnya melalui Google Form, pasti tidak pernah ceklis 'mengirimkan/menyerahkan tugas').
  • Nama akun siswa dibuat sesukanya dan kadang tidak bisa mengubah nama akun.

Hal paling dasar yang menjadi kekurangan yang sebutkan di atas adalah pemberian tugas. Menggunakan Google Form sangatlah tidak efektif, contohnya pada saat saya ingin membatasi waktu pengerjaan tugas tentu kita harus install plugin tertentu terlebih dahulu. Bagi yang paham mungkin tidak masalah, nah beda halnya bagi yang tidak paham. Selain itu untuk beberapa soal seperti isian singkat akan menyulitkan karena harus menyiapkan beberapa alternatif jawaban (misalnya beda huruf kecil dan kapital), kan repot.. Masih banyak kekurangan lainnya yang membuat saya kurang puas dengan layanan ini selain kemudahan dan fitur yang biasa saya gunakan seperti yang sebutkan sebelumnya..

2. Moodle

Layanan LMS ini adalah aplikasi yang benar-benar menjawab kebutuhan saya dan berhasil menutupi segala kekurangan yang dimiliki oleh Google Classroom. Aplikasi LMS dari Moodle ini adalah aplikasi yang banyak digunakan beberapa sekolah yang memiliki situs pribadi mulai dari tingkat menengah hingga tingkat universitas. Kemudahan yang diberikan adalah mengorganisir materi pembelajaran serta penugasan untuk siswa. Selain itu, siswa tidak perlu menginstall aplikasi apapun, LMS ini cukup diakses via browser pada gadget masing-masing (kecuali sekolah atau universitas yang memang membuat aplikasi khusus). Tampilan tema pada Moodle bisa kita ubah sesuka hati. Hal yang membuat saya menggunakan aplikasi ini adalah karena hanya lewat Moodle saya bisa memberikan penugasan ala AKM (Asesmen Kompetensi Minimal) yang menggantikan Ujian Nasional yang sudah tinggal kenangan. Kelebihannya antara lain:

  • Pemberian tugas berupa latihan soal yang atraktif, tidak melulu pilihan ganda, isian singkat, dan essay.
  • Pembuatan soal yang umum (pilihan ganda, isian singkat, dan essay) bisa offline menggunakan examview.
  • Untuk penilaian dan buku nilai bisa diatur sedemikian rupa dan semua tugas siswa terdata rapi langsung rekap otomatis setelah siswa mengerjakan/mengumpulkan tugas.
  • Nama siswa sesuai dengan daftar absen karena kita yang menyiapkan akunnya (akun bagi guru dan siswa).
  • Membuat absensi cukup sekali dan bisa diisi berulang-ulang selama rentang waktu yang kita tentukan.
Masih banyak kemudahan dan juga hal menarik lainnya yang saya gunakan di Moodle, salah satunya adalah kelas virtual tidak melulu harus tatap muka online. Saya bisa menggunakan fitur chat ke semua kelas dan semua siswa sehingga bisa lebih 'fun' dan lebih banyak siswa yang aktif. Karena tidak semua siswa bisa mendengar dengan jelas apa yang saya tampilkan dan jelaskan pada saat tatap muka virtual menggunakan Google Meet atau Zoom. Oh ya, untuk Moodle bisa menggunakan sistem administrator, dimana admin mengelola satu sekolah virtual dan guru serta siswa yang lain tidak perlu repot untuk membuat akun karena sudah tersedia dan 'tinggal pakai' karena sudah ada adminnya. Guru tinggal memberikan materi, penugasan, serta kegiatan pembelajaran lain seperti forum diskusi atau kuis kepada siswa di mata pelajaran yang diampunya masing-masing.

Mungkin itulah yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman menggunakan layanan kelas virtual selama masa pandemi Covid-19 ini.

No comments:

Post a Comment